“Semoga menjadi anak
yang sholeh atau sholehah, berguna bagi agama, nusa dan bangsa”
merupakan kalimat do’a yang familiar dipanjatkan disertai harapan besar bagi
setiap orang tua maupun sahabat dari orang tua lantaran hadirnya amanah baru
dari Allah SWT yakni agar sang anak bisa menjadi pribadi yang bermanfaat di
kemudian hari.
Mengenai kebermanfaatan dalam kehidupan seseorang,
setidaknya dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori kepribadian, yaitu :
1. Pribadi memanfaatkan
Pribadi memanfaatkan merupakan kepribadian yang sangat tidak disarankan di antara 3 tipe kebermanfaatan kehidupan seseorang. Pribadi yang gemar memanfaatkan orang lain termasuk kepribadian pasif dan
senantiasa menggantungkan diri pada orang lain. Pribadi yang seperti ini, baik
disadari ataupun tidak telah menunjukkan bahwa pribadi seseorang tersebut belum
mencapai level dewasa. Tak jarang pengidap kepribadian ini dianggap sebagai
pengecut, pecundang, penakut dan mental block lainnya.
Seseorang yang memiliki kepribadian seperti ini justru
akan banyak merepotkan orang lain karena selalu meminta orang untuk
menyelesaikan tugasnya dengan alasan tidak mampu, selalu meminta untuk menemani
dengan alasan malu, tidak berani dan sebagainya. Jika kita bertahan
dengan sikap seperti ini selamanya pun kita tidak akan mampu dan berani.
Ketahuilah! Bahwa tak selamanya teman-teman dapat senantiasa membantu ataupun menemani kita di setiap tempat dan setiap saat. Teman juga membutuhkan waktu untuk privasinya, menjalanan tugas, bahkan untuk sekedar menikmati quality time bersama orang-orang terdekatnya. Dengan kata lain, terus-menerus bergantung dan memanfaatkan orang lain justru akan menyengsarakan teman dan menghambat kinerja dan pengembangan diri mereka. Jika teman kita sudah mengetahui dan menyadari bahwa ternyata kita adalah orang yang memiliki kepribadian demikian, maka bersiaplah untuk ditinggalkan. Masih ada banyak teman yang dapat dipilih sebagai teman baik daripada hanya mempertahankan seorang teman yang merepotkan meskipun dia kaya harta, mempunyai jabatan tinggi atau pun berparas menarik.
Ketahuilah! Bahwa tak selamanya teman-teman dapat senantiasa membantu ataupun menemani kita di setiap tempat dan setiap saat. Teman juga membutuhkan waktu untuk privasinya, menjalanan tugas, bahkan untuk sekedar menikmati quality time bersama orang-orang terdekatnya. Dengan kata lain, terus-menerus bergantung dan memanfaatkan orang lain justru akan menyengsarakan teman dan menghambat kinerja dan pengembangan diri mereka. Jika teman kita sudah mengetahui dan menyadari bahwa ternyata kita adalah orang yang memiliki kepribadian demikian, maka bersiaplah untuk ditinggalkan. Masih ada banyak teman yang dapat dipilih sebagai teman baik daripada hanya mempertahankan seorang teman yang merepotkan meskipun dia kaya harta, mempunyai jabatan tinggi atau pun berparas menarik.
Sebagai manusia memang kita termasuk zoon
politicon atau makhluk yang tidak dapat hidup sendiri artinya
senantiasa membutuhkan orang lain dalam menghadapi berbagai permasalahan dalam
pemenuhan kebutuhan. Namun, kita tidak diperbolehkan selalu memanfaatkan orang
lain. Setidaknya jika menghadapi suatu permasalahan, kita harus berani
menghadapinya dan jangan langsung serta-merta menyerahkannya kepada orang lain.
Namun, setelah kita mencoba mengeksekusi tetapi masih memperoleh kegagalan,
barulah kita boleh bertanya kepada seseorang yang di pandang ahli
untuk menyelesaikannya. Empati dan komunikasi kepada orang lain wajib dijaga,
agar orang tersebut berkenan memberikan pencerahan atas kendala yang kita
punya. Hal ini jauh lebih baik, daripada langsung melimpahkan tugas dan
permasalahan kepada orang lain, sehingga kita akan terjauhkan dari kesan
memanfaatkan orang lain.
2. Pribadi dimanfaatkan
Sangat menyenangkan jika kita dapat bermanfaat bagi
kehidupan orang lain. Akan tetapi bagaimana jadinya, jika orang tersebut
terus-menerus meminta bantuan kita? Bisa jadi ketika kita mendapat panggilan
darinya sudah dapat diperkirakan dia membutuhkan sesuatu agar kita mau
membantunya. Hal ini lah yang dapat membuat suatu amal yang pada awalnya bisa
dijalani dengan tulus ikhlas dan senang hati, seiring berjalannya waktu akan
menjadi keluh kesah dan tidak menyenangkan, apalagi jika seseorang tersebut
hanya datang ketika membawa setumpuk masalah agar kita mau membantunya, giliran
kita balik membutuhkan bantuannya, dia hilang rimba entah kemana.
Beranilah berkata tidak untuk menolak ketika datang
seseorang yang tampak terkesan memanfaatkan kebaikan yang telah kita berikan di
saat kita sudah tak mampu lagi untuk membantunya karena diri kita pun
perlu sesekali bahagia dan agar kita tidak termasuk dalam golongan
orang-orang yang hanya layak untuk dimanfaatkan.
3. Pribadi bermanfaat
Pribadi bermanfaat merupakan jenis kepribadian yang ideal
dan sangat diharapkan ada pada diri kita sejak kita dilahirkan. Banyak sekali
hadits nabi Muhammad SAW yang menjabarkan pentingnya kita bisa menjadi pribadi
yang bermanfaat di manapun dan kapan pun kita berada.
Hadits yang sangat populer di telinga kita tentang
kebermanfaatan hidup kita misalnya hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Ath-Thabrani, Ad-Daruqutni dan dihasankan oleh Al-Albani dalam Sahihul
Jami’ no. 3289,
خَيْرُ النَّسِ
اَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”.
Memberikan manfaat kepada orang lain tidak hanya berupa
pemberian materi uang atau pun barang, memberikan
pertolongan usaha, ilmu pengetahuan baik itu pengetahuan umum maupun
pengetahuan agama yang sekiranya bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari juga termasuk bagian dari kebermanfaatan hidup. Memberi kelonggaran
kepada orang yang berhutang, mendahulukan saudara atau teman agar memperoleh
suatu kelapangan juga akan bermanfaat bagi mereka.
Mengingat sangat pentingnya bermanfaat kepada
orang lain, diceritakan suatu ketika ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah SAW. Lalu ia bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling dicintai oleh Allah? Dan amalan apa yang paling dicintai Allah? Rasulullah SAW menjawab :
أَحَبُّ النَّاسِ اِلَى اللهِ تَعَالَى اَنْفَعُهُمْ لِلنّاسِ
وَ اَحَبُّ الاَعْمَالِ اِلَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ سُرُوْرٌ يُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ اَوْ يَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبةً اَوء يَقْضِيء عَنْهُ دَيْنًا اَوْ يطْردُ عَنْهٌ جُوْعًا ولِاَن اَمْشِيَ مَعَ اَخٍ فِيْ حَاجَةٍ اَحَبّث اِلَيَّ مِنْ اَنْ اعْتَكِفَ فِيْ هَذَا الْمَسْجِدِ (يعْنِيْ مَسْجِدَ الْمَدِيْنَةِ) شَهْرًا
“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang
paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh
Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang
lain, membayarkan hutangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku
berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai
daripada beri’tikaf di masjid ini (masjid Nabawi) selama sebulan penuh”. (HR.
Thabrani)
Selain akan dicintai Allah, ternyata apabila kita bisa
bermanfaat bagi orang lain, maka kebaikan yang telah kita perbuat tersebut
sejatinya adalah kebaikan untuk diri kita sendiri. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam QS. Al-Isra’ ayat 7 :
اِنْ اَحْسَنْتُمْ اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ وَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَا
Artinya : ”Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu
berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan)
itu bagi dirimu sendiri”.
Dalam menafsirkan ayat tersebut, sebagian ulama salaf
berkata : “Sesungguhnya amal kebaikan melahirkan cahaya di dalam kalbu,
kesehatan pada badan, kecerahan pada wajah, keluasan rezeki, serta kecintaan
dari segala makhluk. Sedangkan kejahatan, sebaliknya menciptakan kegelapan
hati, keringkihan di badan, kesuraman wajah, kesempitan rezeki, serta kebencian
hati segala makhluk.
Manfaat lain jika kita mau berbuat baik dan bermanfaat
bagi orang lain juga disebutkan dalam hadits Nabi berikut.
عَنْ
أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ،
نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ
يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
، وَمَنْ سَتَـرَ مُسْلِمًـا ، سَتَـرَهُ اللهُ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ،
وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ
Artinya "Dari Abu
Hurairah ra, Nabi SAW bersabda, “Siapa yang melapangkan satu
kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu
kesusahan di hari kiamat. Siapa yang memudahkan (urusan) orang yang kesulitan,
maka Allah memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan di akhirat. Siapa yang
menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan menutupi (aib)nya di dunia dan
di akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut
menolong saudaranya”. (H.R. Muslim)
Wallahu a’lam bish-showab
Sumber :
Kumala, Tikah dan Anisa Wicaksono. 2014. [BUKAN]
Katak dalam Tempurung. Yogyakarta : Charrisa publisher
Tidak ada komentar:
Posting Komentar