Jumat, 24 April 2020

MENJADI BERMANFAAT, JANGAN MEMANFAATKAN ATAU DIMANFAATKAN!


Semoga menjadi anak yang sholeh atau sholehah, berguna bagi agama, nusa dan bangsa” merupakan kalimat do’a yang familiar dipanjatkan disertai harapan besar bagi setiap orang tua maupun sahabat dari orang tua lantaran hadirnya amanah baru dari Allah SWT yakni agar sang anak bisa menjadi pribadi yang bermanfaat di kemudian hari. 

Mengenai kebermanfaatan dalam kehidupan seseorang, setidaknya dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori kepribadian, yaitu :

1.   Pribadi memanfaatkan
Pribadi memanfaatkan merupakan kepribadian yang sangat tidak disarankan di antara 3 tipe kebermanfaatan kehidupan seseorang. Pribadi yang gemar memanfaatkan orang lain termasuk kepribadian pasif dan senantiasa menggantungkan diri pada orang lain. Pribadi yang seperti ini, baik disadari ataupun tidak telah menunjukkan bahwa pribadi seseorang tersebut belum mencapai level dewasa. Tak jarang pengidap kepribadian ini dianggap sebagai pengecut, pecundang, penakut dan mental block lainnya.

Seseorang yang memiliki kepribadian seperti ini justru akan banyak merepotkan orang lain karena selalu meminta orang untuk menyelesaikan tugasnya dengan alasan tidak mampu, selalu meminta untuk menemani dengan alasan malu, tidak berani dan sebagainya. Jika kita bertahan dengan sikap seperti ini selamanya pun kita tidak akan mampu dan berani. 

Ketahuilah! Bahwa tak selamanya teman-teman dapat senantiasa membantu ataupun menemani kita di setiap tempat dan setiap saat. Teman juga membutuhkan waktu untuk privasinya, menjalanan tugas, bahkan untuk sekedar menikmati quality time bersama orang-orang terdekatnya. Dengan kata lain, terus-menerus bergantung dan memanfaatkan orang lain justru akan menyengsarakan teman dan menghambat kinerja dan pengembangan diri mereka. Jika teman kita sudah mengetahui dan menyadari bahwa ternyata kita adalah orang yang memiliki kepribadian demikian, maka bersiaplah untuk ditinggalkan. Masih ada banyak teman yang dapat dipilih sebagai teman baik daripada hanya mempertahankan seorang teman yang merepotkan meskipun dia kaya harta, mempunyai jabatan tinggi atau pun berparas menarik.

Sebagai manusia memang kita termasuk zoon politicon atau makhluk yang tidak dapat hidup sendiri artinya senantiasa membutuhkan orang lain dalam menghadapi berbagai permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan. Namun, kita tidak diperbolehkan selalu memanfaatkan orang lain. Setidaknya jika menghadapi suatu permasalahan, kita harus berani menghadapinya dan jangan langsung serta-merta menyerahkannya kepada orang lain. Namun, setelah kita mencoba mengeksekusi tetapi masih memperoleh kegagalan, barulah kita  boleh bertanya kepada seseorang yang di pandang ahli untuk menyelesaikannya. Empati dan komunikasi kepada orang lain wajib dijaga, agar orang tersebut berkenan memberikan pencerahan atas kendala yang kita punya. Hal ini jauh lebih baik, daripada langsung melimpahkan tugas dan permasalahan kepada orang lain, sehingga kita akan terjauhkan dari kesan memanfaatkan orang lain.

2.   Pribadi dimanfaatkan

Sangat menyenangkan jika kita dapat bermanfaat bagi kehidupan orang lain. Akan tetapi bagaimana jadinya, jika orang tersebut terus-menerus meminta bantuan kita? Bisa jadi ketika kita mendapat panggilan darinya sudah dapat diperkirakan dia membutuhkan sesuatu agar kita mau membantunya. Hal ini lah yang dapat membuat suatu amal yang pada awalnya bisa dijalani dengan tulus ikhlas dan senang hati, seiring berjalannya waktu akan menjadi keluh kesah dan tidak menyenangkan, apalagi jika seseorang tersebut hanya datang ketika membawa setumpuk masalah agar kita mau membantunya, giliran kita balik membutuhkan bantuannya, dia hilang rimba entah kemana. 

Beranilah berkata tidak untuk menolak ketika datang seseorang yang tampak terkesan memanfaatkan kebaikan yang telah kita berikan di saat kita sudah tak mampu lagi untuk membantunya karena diri kita pun perlu sesekali bahagia dan agar kita tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang hanya layak untuk dimanfaatkan.
  
3.   Pribadi bermanfaat
Pribadi bermanfaat merupakan jenis kepribadian yang ideal dan sangat diharapkan ada pada diri kita sejak kita dilahirkan. Banyak sekali hadits nabi Muhammad SAW yang menjabarkan pentingnya kita bisa menjadi pribadi yang bermanfaat di manapun dan kapan pun kita berada.

Hadits yang sangat populer di telinga kita tentang kebermanfaatan hidup kita misalnya hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Ath-Thabrani, Ad-Daruqutni dan dihasankan oleh Al-Albani dalam Sahihul Jami’ no. 3289,

خَيْرُ النَّسِ اَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”.  

Memberikan manfaat kepada orang lain tidak hanya berupa pemberian materi uang atau pun barang, memberikan pertolongan usaha, ilmu pengetahuan baik itu pengetahuan umum maupun pengetahuan agama yang sekiranya bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari juga termasuk bagian dari kebermanfaatan hidup. Memberi kelonggaran kepada orang yang berhutang, mendahulukan saudara atau teman agar memperoleh suatu kelapangan juga akan bermanfaat bagi mereka. 


Mengingat sangat pentingnya bermanfaat kepada orang lain, diceritakan suatu ketika ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah SAW. Lalu ia bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling dicintai oleh Allah? Dan amalan apa yang paling dicintai Allah? Rasulullah SAW menjawab :

أَحَبُّ النَّاسِ اِلَى اللهِ تَعَالَى اَنْفَعُهُمْ لِلنّاسِ
 وَ اَحَبُّ الاَعْمَالِ اِلَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ سُرُوْرٌ يُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ اَوْ يَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبةً اَوء يَقْضِيء عَنْهُ دَيْنًا اَوْ يطْردُ عَنْهٌ جُوْعًا ولِاَن اَمْشِيَ مَعَ اَخٍ فِيْ حَاجَةٍ اَحَبّث اِلَيَّ مِنْ اَنْ اعْتَكِفَ فِيْ هَذَا الْمَسْجِدِ (يعْنِيْ مَسْجِدَ الْمَدِيْنَةِ) شَهْرًا


“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan hutangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini (masjid Nabawi) selama sebulan penuh”. (HR. Thabrani)

Selain akan dicintai Allah, ternyata apabila kita bisa bermanfaat bagi orang lain, maka kebaikan yang telah kita perbuat tersebut sejatinya adalah kebaikan untuk diri kita sendiri. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Isra’ ayat 7 :

اِنْ اَحْسَنْتُمْ  اَحْسَنْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ وَاِنْ اَسَأْتُمْ فَلَهَا 

Artinya : ”Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri”.

Dalam menafsirkan ayat tersebut, sebagian ulama salaf berkata : “Sesungguhnya amal kebaikan melahirkan cahaya di dalam kalbu, kesehatan pada badan, kecerahan pada wajah, keluasan rezeki, serta kecintaan dari segala makhluk. Sedangkan kejahatan, sebaliknya menciptakan kegelapan hati, keringkihan di badan, kesuraman wajah, kesempitan rezeki, serta kebencian hati segala makhluk.

Manfaat lain jika kita mau berbuat baik dan bermanfaat bagi orang lain juga disebutkan dalam hadits Nabi berikut.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَمَنْ سَتَـرَ مُسْلِمًـا ، سَتَـرَهُ اللهُ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

Artinya  "Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW bersabda, “Siapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu kesusahan di hari kiamat. Siapa yang memudahkan (urusan) orang yang kesulitan, maka Allah memudahkan baginya (dari kesulitan) di dunia dan di akhirat. Siapa yang menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah akan menutupi (aib)nya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba tersebut menolong saudaranya”. (H.R. Muslim)

Semoga kita senantiasa dapat menjadi pribadi yang bermanfaat, jauh dari orang-orang yang sengaja memanfaatkan sehingga tidak menjadi pribadi yang dimanfaatkan. Aamiin.
Wallahu a’lam bish-showab

Sumber :
Kumala, Tikah dan Anisa Wicaksono. 2014. [BUKAN] Katak dalam Tempurung. Yogyakarta : Charrisa publisher




Tidak ada komentar:

Posting Komentar