Kamis, 23 April 2020

MUQODDIMAH TAFHIIMUL MUTA'ALIM (TERJEMAH PEGON BAHASA JAWA KITAB TA'LIMUL MUTA'ALLIM)

Kitab Ta'limul Muta'allim
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

 قَال المُؤَلِّفُ رحمه الله تعالى وَنَفَعَنَا بِهِ وَبِعُلُوْمِهِ فِي الدَّارَيْنِ أمين

Tafhiimul Muta'allim hal. 2 s.d. 3
   
Allah SWT berfirman di dalam kitabNya yang Aziz, (QS. Az Zumar : 9) :

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.


Dengan menyebut asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Saya memujiMu Ya Allah dan saya memujiMu yang sungguh telah menciptakan kami (manusia) dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan memberikan petunjuk kepada kami berupa agama yang lurus. Allah SWT berfirman dalam kitabnya yang Hakim, (Q.S. Al-‘Imran : 187) :
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya," 

Sholawat beserta salam semoga tercurahkan kepada Sang Pembawa berita gembira dan Sang Pemberi peringatan, yaitu Nabi Muhammad yang menjadi utusan Allah yang datang dengan membawa penjelasan yang haq (benar) supaya mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya dengan izin Robbnya dan dialah yang diutus untuk menjadi rahmat bagi semesta alam.


(Amma Ba’du) : karena mengingat hadis Nabi yang diriwayatkan oleh imam Muslim dalam kitab shohihnya, dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda :
Jika seorang anak adam meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali 3 perkara (yaitu): shodaqah jariyah, ilmu pengetahuan yang dimanfaatkan, dan anak sholeh yang mendoakannya”,

Dan di hadis lain :
“Seseorang mendapat hidayah Allah melalui engkau, maka hal itu lebih baik bagimu dari seekor unta merah“.

Dan guna memenuhi kebutuhan  dari beberapa saudara fiLlah : supaya saya membuat terjemah kitab Ta’limul Muta’allim karya Syeikh Az-Zarnuji, semoga Allah memberikan kemanfaatan kepadanya. Aamiin.


Maka selanjutnya saya membuat kitab terjemah tersebut dan yang saya beri nama :

“TAFHIIMUL MUTA’ALLIM”


Serta saya tulis arti lafadz kitab ditulis di bawahnya dengan ma’na gandul dan saya tulis keterangan ma’na agar memudahkan pemahaman saudara-saudara  muta’allimiin yang semisal saya. Begitu juga di bawah garis pun saya tulis beberapa faidah.


Harapan saya tidak lain adalah semoga kitab ini bisa menjadi manfaat untuk diri saya dan umumnya untuk para muslimin. Dan semoga saya termasuk dalam golongan orang yang berada dalam naungan sabda Rasulullah SAW : ”Orang yang menunjukkan pada kebaikan, maka dia akan memperoleh kebaikan seperti orang yang melakukannya”.

Dan kepada Allah yang Maha Mulia saya berdoa sepenuh hati memohon agar tidak menjadikannya hujjah di hari ditampakkannya ketakutan-ketakutan. Serta agar Allah memberi manfaat dengannya untuk diri saya dari kebodohan. Sesungguhnya Allah SWT Maha Pemurah dan kepada-Nya penyerahan dan bergantung segala urusan. Dia yang Memberi Petunjuk ke jalan yang lurus. Amiin.

Penerjemah :
Hammam Nashirudiin

===============================*
Catatan :

😊  Perbedaan Makna Lafadz مصنف (mushannif) dengan مؤلف (muallif)
      Lafadz مصنف (mushannif) dengan مؤلف (muallif) merupakan isim fail (bentuk pelaku) dari masing-masing kata صنف (shannafa) dengan ألف (allafa) yang mempunyai arti sama, yaitu "Menyusun/Mengarang", tetapi secara makna, keduanya memiliki sedikit perbedaan.


1.  Lafadz مصنف biasanya digunakan untuk pemilik matan kitab atau penulis karya yang bersifat mandiri (penelitian sendiri), tidak berupa kumpulan kutipan-kutipan atau nukilan dari pendapat orang-perorangan saja. Istilah tasnif lebih cendrung dimaksudkan buat karya khusus terkait satu cabang keilmuan.

Contoh : صنفت هذا الكتاب

Artinya : “Saya telah mengarang kitab ini. Kalimat ini mengandung makna bahwa kitab tersebut merupakan karangan asli (original) penulisnya dan membahas sebuah bidang keilmuan secara khusus.


2.   Sedangkan lafadz مؤلف biasanya digunakan untuk pemilik syarah kitab atau penulis karya yang kontennya tidak murni dari pemikiran penulis sendiri, dalam artian mengutip dari berbagai sumber dan reverensi. Sehingga Istilah ta'lif pada hakikatnya lebih umum dari istilah tashnif.

Contoh : ألفت هذا الكتاب

Artinya : “Saya telah menyusun kitab ini”. Kalimat ini mengandung pengertian bahwa kitab tersebut berisi kumpulan pendapat peneliti, sehingga bukan murni pemikiran penulisnya.


Jadi, muallif bisa menjadi mushannif, sedangkan mushannif belum tentu merupakan muallif.


         Sumber : http://belajararab2017.blogspot.com/



😊  Dalam bahasa Arab ada 4 kata yang mengandung makna memuji atau pujian, yaitu :

1.    al-hamd, dari kata hamida-yahmadu-hamdan

2.    al-madh

3.    ats-tsana
4.    as-syukr

Al-hamd berarti memuji sesuatu atau seseorang untuk sifat-sifat baik yang berdasarkan kepada ikhtiyari atau berdasarkan kepada usaha-usaha yang dilakukan oleh orang yang dipuji untuk dikategorikan sebagai yang layak dipuji.

Sedangkan al-madh memiliki fitur makna memuji sesuatu atau seseorang untuk predikat-predikat yang ghoir ikhtiyari atau bukan berdasarkan kepada usaha dan ikhtiar. Misalnya, memuji bunga mawar karena warnanya yang merah dan indah merupakan contoh pujian tentang sesuatu yang didasarkan kepada kategori ghoir ikhtiyari ini. Artinya, mawar itu merah bukan karena kehendaknya, atau bukan karena ikhtiarnya sendiri untuk menjadi merah melainkan karena memang bunga mawar sudah tercipta merah dan indah.

Kata ats-tsana dapat diartikan sebagai pujian yang bersifat umum, baik yang ikhtiyari maupun yang ghair ikhtiyari (baik pujian yang didorong oleh usaha maupun didorong oleh kodrat). 

Sedangkan as-syukur sebenarnya maknanya lebih ke arah rasa terimakasih kepada perbuatan orang lain kepada kita. Atau jika kita kaitkan dengan bahasan mengenai pujian, syukur lebih spesifik lagi maknanya, yakni pujian untuk kebaikan orang lain kepada diri kita. 


😊  Asal-usul kalimat أَمَّا بَعْدُ

Dahulu Nabi Muhammad sering membaca أما بعد (amma ba’du). Hal ini terekam di berbagai hadits beliau. Di antaranya pada potongan hadits panjang yang diriwayatkan oleh Ibnu abbas sebagai berikut:  

إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَمَّا بَعْدُ» قَالَ: فَقَالَ: أَعِدْ عَلَيَّ كَلِمَاتِكَ هَؤُلَاءِ  

Artinya: “Sesungguhnya segala puji milik Allah, kami memuji-Nya dan meminta pertolongan kepada-Nya. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada kesesatan baginya. Barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, tidak ada petunjuk baginya. Saya bersaksi sesungguhnya tidak ada Tuhan yang layak disembah kecuali Allah dengan ke-Esaan-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. –Amma ba’du—Setelah hamdalah dan syahadat (Rasul bersabda) ‘ulangilah kalimat-kalimatmu tadi itu kepadaku!’” (HR Muslim).

Ulama berbeda pendapat. Menurut Syekh Ibrahim Al-Baijuri yang mengutip dari kitab Al-Awa’il, dari hadits Abu Musa Al’Asy’ari menyatakan, pendapat yang dianggap paling mendekati kebenaran, yang pertama kali mengucapkan amma ba’du adalah Nabi Dawud alaihis salam.  

واختلف في أول من نطق بها على أقوال: اقربها أنه داود

Terjadi perbedaan pendapat pada masalah siapa yang pertama kali mengucapkan itu (kalimat amma ba’du) dengan beberapa pendapat. Yang paling mendekati kebenaran adalah Nabi Dawud (sebagai yang pertama).
(Ibrahim Al-Baijuri, 53-54)


😊  Hadits tentang menjadi pintu hidayah bagi seseorang lebih baik dari pada memiliki seekor unta merah

Dari Abul `Abbas Sahl bin Sa’d As Sa’idy radhiyallahu ‘anhu bahwasanya ketika perang Khaibar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Besok pagi aku akan memberikan panji kepada seseorang yang Allah akan memberikan kemenangan melalui kepemimpinannya. la mencintai Allah dan rasul-Nya serta Allah dan rasul-Nya pun mencintainya”. 

Semalaman orang-orang ramai membicarakan siapakah di antara mereka yang akan diserahi panji itu. Pagi harinya mereka datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan semuanya mengharapkan agar dirinya yang diserahi panji itu.

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Di manakah Ali bin Abu Thalib?” 

Ada yang menjawab: “Wahai Rasulullah, ia sedang sakit mata”. 

Beliau bersabda : “Panggillah ia kemari”. 

Ketika Ali datang maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meludahi kedua matanya dan mendoakannya. Lantas sembuhlah penyakit itu seakan-akan ia tidak kelihatan kalau baru saja sakit, kemudian ia diberi panji oleh beliau. Ali radhiyallahu ‘anhu berkata:

عَلاَمَ أُقَاتِلُ النَّاسَ، نُقَاتِلُهُمْ حَتَّى يَكُوْنُوْا مِثْلَنَا
“Apakah saya harus memerangi mereka sehingga mereka seperti kami ini?”
Beliau menjawab,

عَلَى رُسُلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ ثُمُّ أُدْعُهُمْ إِلَى الإِسْلاَمِ، وَأَخْبِرْهُمْ بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ، فَوَاللهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ

“Laksanakanlah dengan tenang sehingga kamu sampai di daerah mereka, kemudian ajaklah mereka untuk masuk Islam dan beritahukan kepada mereka tentang hak Allah Ta’ala yang harus mereka kerjakan. Demi Allah, seandainya Allah memberi petunjuk kepada seseorang lantaran ajakanmu maka itu lebih baik bagimu dari pada seekor unta merah”. (Muttafaqun ‘alaih).


😊  Keutamaan Menunjukkan Kebaikan

عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ رضي الله عنه  قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ  صلى الله عليه وسلم : مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ, فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

Dari Abu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” [HR. Muslim]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar