Kitab Ta'limul Muta'allim |
بِسْمِ اللهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
Allah SWT berfirman di dalam kitabNya
yang Aziz, (QS. Az Zumar : 9) :
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا
يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang
yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.
Dengan menyebut asma Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Saya memujiMu Ya Allah dan saya memujiMu yang sungguh
telah menciptakan kami (manusia) dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan memberikan petunjuk kepada kami berupa agama yang lurus. Allah SWT
berfirman dalam kitabnya yang Hakim, (Q.S. Al-‘Imran : 187) :
“Dan
(ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi
kitab (yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia,
dan jangan kamu menyembunyikannya,"
Sholawat
beserta salam semoga tercurahkan kepada Sang Pembawa berita gembira dan Sang Pemberi
peringatan, yaitu Nabi Muhammad yang menjadi utusan Allah yang datang dengan
membawa penjelasan yang haq (benar) supaya mengeluarkan manusia dari kegelapan
menuju cahaya dengan izin Robbnya dan dialah yang diutus untuk menjadi rahmat
bagi semesta alam.
(Amma Ba’du) : karena mengingat hadis Nabi yang
diriwayatkan oleh imam Muslim dalam kitab shohihnya, dari Abu Hurairah ra. sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda :
“Jika seorang anak adam meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali 3
perkara (yaitu): shodaqah jariyah, ilmu pengetahuan
yang dimanfaatkan, dan anak sholeh yang mendoakannya”,
Dan di hadis lain :
“Seseorang mendapat hidayah Allah melalui engkau, maka
hal itu lebih baik bagimu dari seekor unta merah“.
Dan guna memenuhi kebutuhan dari beberapa saudara fiLlah : supaya saya membuat terjemah kitab Ta’limul Muta’allim karya Syeikh Az-Zarnuji, semoga Allah memberikan kemanfaatan kepadanya. Aamiin.
Harapan saya tidak lain adalah semoga kitab ini bisa menjadi manfaat untuk diri saya dan umumnya untuk para muslimin. Dan semoga saya termasuk dalam golongan orang yang berada dalam naungan sabda Rasulullah SAW : ”Orang yang menunjukkan pada kebaikan, maka dia akan memperoleh kebaikan seperti orang yang melakukannya”.
Penerjemah :
Dan guna memenuhi kebutuhan dari beberapa saudara fiLlah : supaya saya membuat terjemah kitab Ta’limul Muta’allim karya Syeikh Az-Zarnuji, semoga Allah memberikan kemanfaatan kepadanya. Aamiin.
Maka selanjutnya saya membuat kitab terjemah
tersebut dan yang saya beri nama :
“TAFHIIMUL MUTA’ALLIM”
Serta saya tulis arti lafadz kitab ditulis
di bawahnya dengan ma’na gandul dan saya tulis keterangan ma’na agar memudahkan
pemahaman saudara-saudara muta’allimiin
yang semisal saya. Begitu juga di bawah garis pun saya tulis beberapa faidah.
Harapan saya tidak lain adalah semoga kitab ini bisa menjadi manfaat untuk diri saya dan umumnya untuk para muslimin. Dan semoga saya termasuk dalam golongan orang yang berada dalam naungan sabda Rasulullah SAW : ”Orang yang menunjukkan pada kebaikan, maka dia akan memperoleh kebaikan seperti orang yang melakukannya”.
Dan kepada Allah yang Maha Mulia saya berdoa sepenuh hati memohon agar tidak
menjadikannya hujjah di hari ditampakkannya ketakutan-ketakutan. Serta
agar Allah memberi manfaat dengannya untuk diri saya dari kebodohan. Sesungguhnya Allah SWT Maha Pemurah dan kepada-Nya penyerahan dan bergantung segala urusan. Dia yang
Memberi Petunjuk ke jalan yang lurus. Amiin.
Penerjemah :
Hammam Nashirudiin
===============================*
Dahulu Nabi Muhammad ﷺ sering membaca أما بعد (amma ba’du). Hal ini terekam di berbagai hadits beliau. Di antaranya pada potongan hadits panjang yang diriwayatkan oleh Ibnu abbas sebagai berikut:
Terjadi perbedaan pendapat pada masalah siapa yang pertama kali mengucapkan itu (kalimat amma ba’du) dengan beberapa pendapat. Yang paling mendekati kebenaran adalah Nabi Dawud (sebagai yang pertama).
Dari Abul `Abbas Sahl bin Sa’d As Sa’idy radhiyallahu ‘anhu bahwasanya ketika perang Khaibar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم : مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ, فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
Catatan :
😊 Perbedaan Makna Lafadz مصنف
(mushannif) dengan مؤلف
(muallif)
Lafadz مصنف (mushannif) dengan مؤلف (muallif)
merupakan isim fail (bentuk pelaku) dari masing-masing kata صنف (shannafa) dengan ألف (allafa) yang mempunyai arti
sama, yaitu "Menyusun/Mengarang", tetapi secara makna, keduanya
memiliki sedikit perbedaan.
1. Lafadz مصنف biasanya
digunakan untuk pemilik matan kitab atau penulis karya yang bersifat mandiri
(penelitian sendiri), tidak berupa kumpulan kutipan-kutipan atau nukilan dari
pendapat orang-perorangan saja. Istilah tasnif lebih cendrung
dimaksudkan buat karya khusus terkait satu cabang keilmuan.
Contoh
: صنفت هذا الكتاب
Artinya : “Saya telah mengarang kitab ini”. Kalimat ini
mengandung makna bahwa kitab tersebut merupakan karangan asli (original) penulisnya dan membahas sebuah bidang keilmuan
secara khusus.
2. Sedangkan lafadz مؤلف biasanya
digunakan untuk pemilik syarah kitab atau penulis karya yang kontennya tidak
murni dari pemikiran penulis sendiri, dalam artian mengutip dari berbagai
sumber dan reverensi. Sehingga Istilah ta'lif pada hakikatnya lebih umum dari istilah tashnif.
Contoh
: ألفت هذا الكتاب
Artinya : “Saya telah menyusun kitab ini”. Kalimat ini mengandung pengertian bahwa kitab
tersebut berisi kumpulan pendapat peneliti, sehingga bukan murni pemikiran penulisnya.
Jadi, muallif bisa menjadi mushannif, sedangkan mushannif
belum tentu merupakan muallif.
Sumber
: http://belajararab2017.blogspot.com/
😊 Dalam bahasa Arab ada 4 kata yang mengandung makna memuji atau pujian,
yaitu :
1. al-hamd, dari
kata hamida-yahmadu-hamdan
2. al-madh
3. ats-tsana
4. as-syukr
Al-hamd berarti
memuji sesuatu atau seseorang untuk sifat-sifat baik yang berdasarkan kepada
ikhtiyari atau berdasarkan kepada usaha-usaha yang dilakukan oleh orang yang
dipuji untuk dikategorikan sebagai yang layak dipuji.
Sedangkan al-madh memiliki fitur makna memuji sesuatu atau
seseorang untuk predikat-predikat yang ghoir ikhtiyari atau bukan
berdasarkan kepada usaha dan ikhtiar. Misalnya, memuji bunga mawar karena warnanya yang merah dan indah
merupakan contoh pujian tentang sesuatu yang didasarkan kepada kategori ghoir ikhtiyari ini. Artinya, mawar itu merah
bukan karena kehendaknya, atau bukan karena ikhtiarnya sendiri untuk menjadi merah
melainkan karena memang bunga mawar sudah tercipta merah dan indah.
Kata ats-tsana dapat diartikan sebagai pujian yang
bersifat umum, baik yang ikhtiyari maupun yang ghair ikhtiyari (baik pujian
yang didorong oleh usaha maupun didorong oleh kodrat).
Sedangkan as-syukur sebenarnya maknanya lebih ke arah rasa
terimakasih kepada perbuatan orang lain kepada kita. Atau jika kita kaitkan
dengan bahasan mengenai pujian, syukur lebih spesifik lagi maknanya, yakni
pujian untuk kebaikan orang lain kepada diri kita.
😊 Asal-usul kalimat أَمَّا بَعْدُ
Dahulu Nabi Muhammad ﷺ sering membaca أما بعد (amma ba’du). Hal ini terekam di berbagai hadits beliau. Di antaranya pada potongan hadits panjang yang diriwayatkan oleh Ibnu abbas sebagai berikut:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ،
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا
شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَمَّا بَعْدُ» قَالَ:
فَقَالَ: أَعِدْ عَلَيَّ كَلِمَاتِكَ هَؤُلَاءِ
Artinya:
“Sesungguhnya segala puji milik Allah, kami memuji-Nya dan meminta pertolongan kepada-Nya. Barangsiapa
diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada kesesatan baginya. Barangsiapa yang
disesatkan oleh Allah, tidak ada petunjuk baginya. Saya bersaksi sesungguhnya
tidak ada Tuhan yang layak disembah kecuali Allah dengan ke-Esaan-Nya, tidak
ada sekutu bagi-Nya. Sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. –Amma
ba’du—Setelah hamdalah dan syahadat (Rasul bersabda) ‘ulangilah
kalimat-kalimatmu tadi itu kepadaku!’” (HR Muslim).
Ulama berbeda pendapat. Menurut Syekh Ibrahim Al-Baijuri
yang mengutip dari kitab Al-Awa’il, dari hadits Abu Musa Al’Asy’ari menyatakan,
pendapat yang dianggap paling mendekati kebenaran, yang pertama kali
mengucapkan amma ba’du adalah Nabi Dawud alaihis salam.
واختلف في أول من نطق
بها على أقوال: اقربها أنه داود
Terjadi perbedaan pendapat pada masalah siapa yang pertama kali mengucapkan itu (kalimat amma ba’du) dengan beberapa pendapat. Yang paling mendekati kebenaran adalah Nabi Dawud (sebagai yang pertama).
(Ibrahim
Al-Baijuri, 53-54)
Sumber : https://islam.nu.or.id/post/read/115941/asal-usul-dan-penjelasan-tentang-kalimat--amma-ba-du-
😊 Hadits tentang menjadi pintu hidayah bagi
seseorang lebih baik dari pada memiliki seekor unta merah
Dari Abul `Abbas Sahl bin Sa’d As Sa’idy radhiyallahu ‘anhu bahwasanya ketika perang Khaibar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Besok pagi aku akan memberikan panji kepada seseorang
yang Allah akan memberikan kemenangan melalui kepemimpinannya. la mencintai
Allah dan rasul-Nya serta Allah dan rasul-Nya pun mencintainya”.
Semalaman orang-orang ramai
membicarakan siapakah di antara mereka yang akan diserahi panji itu. Pagi
harinya mereka datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
dan semuanya mengharapkan agar dirinya yang diserahi panji itu.
Kemudian Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: “Di
manakah Ali bin Abu Thalib?”
Ada yang menjawab: “Wahai
Rasulullah, ia sedang sakit mata”.
Beliau bersabda : “Panggillah
ia kemari”.
Ketika Ali datang maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meludahi kedua
matanya dan mendoakannya. Lantas sembuhlah penyakit itu seakan-akan ia tidak
kelihatan kalau baru saja sakit, kemudian ia diberi panji oleh beliau.
Ali radhiyallahu ‘anhu berkata:
عَلاَمَ أُقَاتِلُ النَّاسَ، نُقَاتِلُهُمْ
حَتَّى يَكُوْنُوْا مِثْلَنَا
“Apakah saya harus memerangi mereka
sehingga mereka seperti kami ini?”
Beliau menjawab,
عَلَى رُسُلِكَ حَتَّى تَنْزِلَ بِسَاحَتِهِمْ
ثُمُّ أُدْعُهُمْ إِلَى الإِسْلاَمِ، وَأَخْبِرْهُمْ بِمَا يَجِبُ عَلَيْهِمْ،
فَوَاللهِ لَأَنْ يَهْدِيَ اللَّهُ بِكَ رَجُلًا وَاحِدًا خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ
يَكُونَ لَكَ حُمْرُ النَّعَمِ
“Laksanakanlah dengan tenang sehingga kamu sampai di
daerah mereka, kemudian ajaklah mereka untuk masuk Islam dan beritahukan kepada
mereka tentang hak Allah Ta’ala yang harus mereka kerjakan. Demi Allah, seandainya Allah memberi
petunjuk kepada seseorang lantaran ajakanmu maka itu lebih baik bagimu dari
pada seekor unta merah”. (Muttafaqun
‘alaih).
😊 Keutamaan Menunjukkan Kebaikan
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم : مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ, فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
Dari
Abu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, ‘Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka ia mendapatkan pahala
seperti pahala orang yang melakukannya.” [HR. Muslim]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar